Jumat, 01 Juni 2012

PARADIGMA BERWIRAUSAHA

1.Alasan Berwirausaha

Sempitnya lapangan pekerjaan disatu sisi, disisi lain jumlah pencari kerja yang terus bertambah menyebabkan jumlah pengangguran tiap tahun bertambah besar. Data terakhir 20% dari jumlah penduduk atau lebih kurang 43 juta jiwa tidak mendapat pekerjaan alias menganggur. Pengangguran yang begitu besar bila tidak dicarikan solusinya tentu akan berdampak buruk bagi perekonomian dan imbasnya adalah masalah masalah kerawanan sosial dan budaya.
Perlu pemikiran pemikiran kritis dan cepat untuk mengatasi masalah pengangguran, tidak hanya menggantungkan dari pemerintah atau investasi asing. Karena semakin besar ketergantungan para pencari kerja terhadap pemerintah serta masuknya investasi asing akan menambah ketidak berdayaan Bangsa dan Negara dalam mengatasi problem pencari pekerja.
Semakin bertambahnya lulusan baik dari tingkat SLTA, sampai Perguruan Tinggi belum lagi ketidak sesuaian dengan bidang yang ditekuninya akan bertambah panjang sederatan masalah pengangguran, akibat lebih lanjut semakin banyak lulusan yang tidak mendapatkan kesempatan pekerjaan.. Dengan demikian solusi yang diperlukan adalah keberanian untuk berusaha mandiri tanpa ketergantungan dari pemerintah atau tidak hanya mengandalkan investasi asing yang masuk.
Pemikiran ini dilandasi upaya memecahkan problem lapangan pekerjaan yang sampai saat ini belum ada tanda tanda akan terselesaikan. Hal ini disebabkan masih lemahnya sektor riil untuk bergerak, serta masih sedikitnya investasi asing yang masuk untuk memecahkan lapangan pekerjaan. Perlu adanya upaya mendasar sehingga anak didik dan lulusan perlu di bekali dengan ketrampilan ketrampilan teknis pragmatis agar mmpu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa tergantung dari pihak lain.

A. PARADIGMA PENCARI KERJA

Hampir setiap orang bercita cita untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan cocok seperti yang dipikirkannya sejak masih kecil. Namun realita yang ada antara keinginan dan kenyataan yang dihadapi para pencari kerja ternyata jauh berbeda. Tanda – tanda perbedaan antara keinginan dan kenyataan dari para pencari kerja seperti yang diinginkan, sebenarnya jauh jauh hari sebelumnya dapat dikenali. Sayangnya kurangnya sosialisasi serta penyebar luasan informasi mengakibatkan banyaknya pencari kerja semakin kebingungan menghadapi kenyataan untuk memperoleh pekerjaan.
Banyak orang tua, mass media dan kecanggihan serta kemajuan teknologi informasi belum secara signifikan mampu menyebarluaskan dan menginformasikan secara utuh berkenaan dengan pekerjaan dan lowongan yang sesuai dengan bakat, minat dan ketrampilan yang dibutuhkan para pencari kerja.
Bahkan secara tidak disadarai mass media mempromosikan betapa enaknya menjadi PNS karena terdapatnya berbagai fasilitas, tunjangan, kenaikan gaji dan secara tidak langsung menggambarkan betapa enaknya jadi PNS dan betapa mudahnya mencari kekayaan bagi PNS lebih lebih bagi para pejabat. Promosi ini semakin besar dan nampak nyata pada saat pemerintah mengumumkan adanya kebijakan kenaikan gaji. Sehingga banyak para pencari kerja yang berkeinginan mencari pekerjaan hanya tertuju dan terfokus pada PNS. Akibatnya banyak pencari kerja menunggu adanya lowongan pekerjaan di PNS. Bahkan dengan berbagai upaya dan cara berani melakukan pembayaran “di bawah tangan” kepada oknum tertentu agar bisa diterima sebagai PNS. Kondisi ini di sadari atau tidak akan menyebabkan semakin beratnya pemerintah untuk menciptakan negara yang bersih dan berwibawa bebas dari prkatek suap, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pemerintah semakin tidak mampu memerangi praktek praktek suap untuk mendapatkan pekerjaan. Para pencari kerja sudah saatnya merubah paradigma, pencari kerja tidak tergantung pada PNS atau pemerintah. Para pencari kerja perlu mengabdosi kesuksesan Finasial Model Robert Kiyosaki, pengarang “Cashflow Quadrant”. Cashflow Quadrant ala Kiyosaki dimulai dari kuadran E kemudian SE berlanjut ke B dan berakhir pada kuadran I. Dari Kuadran E hingga kuadran I akan ditunjukkan peningkatan kreativitas seseorang untuk meraih sukses finasial.
Kuadran pertama di mulai dari kuadran E, yaitu Employee (pekerja). Pada kuadran ini pendapatan seseorang akan tergantung kepada majikannya. Ia hanya akan mampu bekerja dengan setia bila dibayar dengan gaji yang tinggi. Dengan demikian nasib dan karirnya pun juga akan tergantung pada penilaian subjektif dari majikan.
Kuadran kedua disebut SE yaitu Self Employee (Profesional), di mana pendapatannya akan tergantung pada seberapa keras ia bekerja. Semakin keras kerjanya maka pendapatannya akan semakin banyak. Orang – orang dengan profesi sebagai dokter, pengacara, manajer perusahaan dan pengusaha bisnis pribadi skala kecil adalah kuadran dari kuadran jenis SE ini.
Kuadran ketiga disebut kuadran B atau Business (bisnis), di mana pendapatannya tidak tergantung pada kerja kerasnya secara langsung, tetapi pada ” sistem bisnis” yang telah diciptakannya. Sistem yang diciptakannya telah mampu membuat ”orang lain bekerja untuk dirinya”. Pemilik perusahaan ataupun waralaba restoran yang telah berjalan dengan baik merupakan contoh dari kuadran jenis B ini.
Kuadran keempat sebagai kuadran kreativitas tertinggi disebut kuadran I, atau Investor, di mana posisi tertinggi mereka tidak perlu bekerja lagi, tetapi ”uang yang bekerja untuk dirinya”. Para pemegang saham blue chip dan tuan tanah property yang strategis adalah contoh kuadran jenis I. Saham dan tanah setiap menitnya memberikan gain (keuntungan dari peningkatan nilai) secara konsisten. Sering disebut Passive Income.
Pemahaman siklus Cashflow quadran memungkinkan seorang kreatif menggunakan kesempatan selama periode ”perjuangan finansial” ( Kuadran E dan SE) untuk menata diri mempersiapkan diri dan berinvestasi menuju ”keamananan finasial” (kuadran B), hingga menuju kuadran ”kebebasan finansial” (I).

B. BERWIRAUSAHA

b.1. Ketrampilan berpikir kreatif

Manusia berwirausaha memiliki jiwa entrepreneurship, jiwa entrepneurship didukung cara berpikir kreatif. Pemikiran kreatif didukung dua hal yaitu pengerahan daya imajinasi dan proses berpikir ilmiah. Apabila kita mencampurkan daya imajinasi dan berpikir ilmiah maka dimungkinkan berpikir kreatif. Dengan pemikiran kreatif dapat memecahkan berbagai macam masalah.
Manusia yang optimis memiliki daya imaginatif positif yang menolong pemikiran kreatif, sehingga cita cita, tujuan, masalah kehidupan serta pengalaman dapat merangsang jiwa untuk berpikir kreatif.

Potensi kreativitas tidak sepenuhnya tergantung pada pendidikan formal. Penelitian dari Harvad University terhadap para lulusannya menunjukkan bahwa 85% penentu kesuksesan dari para lulusannya adalah sikap mental, yang saat ini dikenal dengan EQ dan ESQ.
Sikap mental yang dimaksud adalah kreatif, berpikir positif, jujur mampu bekerja dalam tim, mampu memimpin, serta mampu berempati terhadap orang lain. Sementara faktor keahlian teknis yang diperoleh pendidikan formal hanya 15% saja yang berperan menunjang kesuksesan.
Kesalahan umum mereka yang bersekolah kemudian sulit kerja ataupun merasa gagal dengan sekolahnya adalah mereka tidak memiliki mimpi besar (visi) dan tujuan hidup (misi) yang jelas yang sesuai dengan potensi diri, minat dan bakatnya akan maksud sebenarnya mengapa mereka harus bersekolah.
Indikasi ini dapat dijelaskan dari ketidak jelasan Visi Misi, sehingga pada saat Kuliah tidak mampu menjawab pertanyaan ” Mengapa anda memilih kuliah di jurusan tersebut”? ” Apa Topik tugas akhir yang akan direncanakan”? ” Apa rencana satu tahun kedepan setelah lulus”?
Hukum alam berlaku bahwa mereka yang memiliki Visi, Misi yang jelas dalam hidup akan berhasil, tidak memandang apakah dia berpendidikan atau tidak. Hukum alam juga menunjukkan probabilitas kesuksesan yang lebih besar ada pada mereka yang berpendidikan, kreatif, memiliki visi, misi yang jelas daripada yang tidak berpendidikan.
”Pendidikan dibuat untuk mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan harus diterapkan. Hanya orang yang kreatif yang mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam pendidikan ”. Bertolak dari uraian di atas keterampilan berpikir kreatif membutuhkan dua hal: 1. daya imajinasi yang menunjang proses berpikir dan 2. cara berpikir ilmiah.
b.2. Ketrampilan dalam Pembuatan Keputusan
Keputusan merupakan hasil dari suatu penilaian, hasilnya adalah pemilihan alaternatif-alternatif. Keputusan jarang antara benar dan salah setiap pemilihan cenderung mendekati antara benar dan kemungkinan salah. Kebanyakan keputusan bertolak dari fakta, namun orang kreatif mengambil keputusan bertitik tolak dari pendapat. Keputusan mengenai masalah yang kongkrit tidak begitu sulit untuk diambil. Pertimbangan yang ada berkisar pada masalah bertindak atau tidak bertindak dengan mempertimbangkan untung rugi tindakannya.
Hal yang penting di dalam melakukan keputusan jangan bertindak setengah setengah karena pembuat keputusan yang efektif harusnya bertindak atau tidak bertindak sama sekali.
Selanjutnya setelah keputusan siap dibuat, semua dipertimbangkan dengan masak , semua alternatif dijajagi, segala resiko untung rugi diperhitungkan , hal yang harus dibangkitkan dari dalam adalah keberanian dan penilaian. Jadi keputusan tidak semata mata berdasarkan keinginan dan selera atau subyektivitas pembuat keputusan. Pembuat keputusan harus mampu bertindak cepat terlepas dari rasa suka, atau tidak suka. Pemimpin tidak dipercaya untuk mengerjakan sesuatu yang disukainya sendiri, melainkan dipercaya untuk dapat menyelesaikan sesuatu secara obyektif . Pemimpin harus mampu membuat keputusan dan bertindak efektif. Dengan demikian agar keputusan menjadi efektif perlu memiliki keterampilan penunjang.
b.3. Ketrampilan dalam Kepemimpinan.
Dengan kemauan yang kuat, mau belajar keras dan konsisten orang akan memiliki keterampilan memimpin diri sendiri. Seseorang akan mampu mengendalikan keinginan kemauannya kearah tercapainya tujuan hidup pribadinya. Keterampilan ini tidak dapat diperoleh dengan sendirinya tanpa adanya usaha. Keterampilan memimpin diri sendiri dapat dilakukan dengan jalan latihan dan praktek, terutamam membina kepribadian yang kuat. Prinsip keterampilan memimpin diri sendiri yaitu: 1. Mengenal diri sendiri. 2. Melatih kemauan. 3. Melatih disiplin diri sendiri.
Ketiga hal tersebut ditambah sikap mental wiraswasta akan mampu memimpin orang lain. Manusia wiraswasta tidak akan selamanya mampu melakukan semuanya sendirian karena permasalahan yang timbul disekitar lingkungannya. Untuk itu manusia wiraswasta harus hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain. Dari interaksi dengan individu dan kelompok yamg lain memnyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku individu atau kelompok sehingga disebut kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kualitas tingkah laku seseorang yang mempengaruhi tingkah laku sehingga mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok sehingga bergerak tercapainya tujuan bersama.
b.4. Ketrampilan manajerial

Selain sebagai pemimpin adalah sebagai manajer yang mampu mengelola segenap sumber, baik sumber material maupun sumber personal untuk mencapai sukses hidup. Keterampilan seorang manajer mencakup terampil dalam perencanaan, terampil dalam pengorganisasian, mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada orang lain, mampu mengkoordinir pelaksanaan, mampu melakukan pengawasan serta mampu mengadakan penilaian terus menerus dan yang terpenting adalah keterampilan bergaul dengan manusia lainnya.
b.5. Ketrampilan human relations
Bergaul dengan banyak orang akan mengetahui banyak tipe manusia. Dengan demikian kita akan mengenal banyak pribadi manusia yang masing masing berbeda satu sama lain. Agar kita sukses perlu belajar banyak bagaimana ciri ciri pribadi yang dihubungi serta bagaimana kita memberikan pelayanan terbaik.
Mengenal orang lain adalah tidak mudah kita harus mampu menempatkan diri diantara kepentingan orang lain kemudian menyesuaikan dengan perbedaan individual , bagaimana melayanani dan mendapatkan reaksi yang menyenangkan dari orang lain.
Beberapa hal agar kita mendapat kawan bergaul yang efektif dari orang lain: pertama menghormati kepentingan orang lain. Menghargai pendapat orang lain, menghormati ambisi orang lain, memberikan pelayan yang baik kepada orang lain pada saat orang lain membutuhkan pelayanan kita. Memberikan sumbangan pikiran kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan serta mengusahakan penampilan diri yang menyenangkan.

2. KEUNGGULAN BERUSAHA

Menurut Dr. Suparman: ” Pendidikan wiraswasta adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa indonesia sesuai dengan kepribadian Indonesia berdasarkan Pancasila”.
Berdasarkan pendapat tersebut berwirausaha akan mampu mengangkat martabat bangsa, meningkatkan kualitas pribadi manusia, yang memiliki moral, sikap mental kepekaan terhadap lingkungan serta keterampilan dan kemampuan yang tinggi.
Menurut hasil penelitian indikator manusia wiraswasta pada dasarnya adalah memiliki knowledge (pengetahuan), skills (keterampilan), ability (Kemampuan), motivasi, serta berkemampuan sebagai inovator (kemampuan menemukan hal hal atau ide baru yang bisa direalisasikan).
Hasil ini sejalan dengan proses kreativitas yang meliputi penemuan — invension (pengembangan gagasan) —— inovasi ( mengubah gagasan menjadi produk) dan ——– paten (proteksi produk) (lihat J, S. Bruner, Toward a Theory of Instruction)..
Pemunculan ide sebagai jiwa kreativitas membutuhkan fokus pemikiran yang jelas arah tujuannya dan membutuhkan kosentrasi serius dari orang sebagai penggagas. Fokus dan keseriusan dengan memilah dan memilih informasi dan aktivitas yang mendukung ”ide”. Menurut milyuner dunia Aristoteles ”ilmu memilih dan memilah” adalah ilmu yang paling unggul di dunia. Menurut lonardi de Vinci filosofis dan pelukis terkenal ” ruangan kecil mampu mengontrol pikiran kita, sedangkan ruangan besar akan membingungkan kita”.


Rhenald Kasali: Krisis, Saat Tepat untuk Memulai Usaha



”Memulai bisnis di saat krisis ekonomi begini? Bukannya terlalu berisiko?” Mungkin begitu pendapat mereka yang berpandangan pesimis terhadap krisis. Padahal, memulai bisnis saat ini justru menjanjikan. Begitu kata pakar pemasaran Rhenald Kasali, pembicara pertama dalam Seminar Wirausaha Taklukkan Krisis! Gali Potensi Lokal untuk Sukses Berwirausaha, yang digelar femina 18 April lalu di Balai Kartini, Jakarta.

”Sekarang ini saat yang tepat bila ingin memulai usaha. Tak perlu khawatir karena umumnya grafik perekonomian itu seperti gunung. Setelah turun, pasti akan naik lagi. Jadi, jika Anda mulai ’menanam’ sekarang, nantinya bisa ’memanen’ di saat ekonomi mulai membaik,” ungkapnya optimistis.

Namun, sukses berbisnis tentu tidak datang dengan sendirinya. Piawai membaca keinginan konsumen yang selalu berubah merupakan kunci penting memenangi pasar. Jadi, produk yang dijual harus disesuaikan dengan selera dan tren yang ada. Dalam berjualan juga diperlukan cara-cara baru, karena terjadi perubahan dalam cara-cara pembelian. Selain itu, agar bisa bertahan, pengusaha harus bisa menekan struktur biaya produksi. Sebab, kemugkinan sebagian bahan baku akan meningkat harganya. Misal dengan mencari bahan baku lokal yang lebih murah tanpa menurunkan kualitas, serta memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk.

Untuk sukses berbisnis, pengusaha harus mampu bersahabat dengan ketidakpastian. Sebab dalam berbisnis, umumnya orang selalu melihat untungnya lebih dulu. Padahal yang mesti dipikirkan adalah risikonya. “Ketidakpastian itu akan makin bertambah jika Anda berbisnis di bidang yang tidak Anda kenal,“ kata Rhenald. “Karena itu, bila ingin berbisnis dengan risiko yang kecil, mulailah dari bidang yang Anda akrabi. Yang tak kalah penting, tetaplah menyediakan ’payung cadangan’. Jangan jor-joran menghabiskan uang Anda ke dalam satu usaha. Buatlah alternatif lain. Atau jika hanya punya satu rumah, jangan diagunkan untuk memulai bisnis Anda.


Menanggapi kecenderungan meningkatnya budaya belanja masyarakat kita, Yasraf Amir Piliang menyatakan bahwa sistem perbelanjaan mutakhir secara terus menerus menyuguhkan konsumer rangkaian produk dan pelayanan, ‘suasana’ serta lingkungan yang selalu diremajakan. Kini,’kebudayaan belanja’ telah menjadi satu dunia nyata yang menjajah kehidupan sosial yang sangat luas.Di dalam kehidupan konsemer dewasa ini, konsumsi tidak lagi sekedar bersifat fungsional-yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia.Kini, lebih dari itu, konsumsi bersifat materi sekaligus simbolik.
Barangkali apa yang dikatakan yasraf adalah benar.Bahkan Kini, tanpa sadar terkadang kita telah menjadi korban komodrtikasi ‘belanja’. Yaitu bahwa belanja kita tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan atau membeli barang-barang yang benar-benar kita butuhkan, tetapi lebih dari itu semua, belania sebagai gaya hidup. IKEA Coupons . Ada nilai yang dipertukarkan di dalamnya, seperti prestise, citra (lmage) dan identitas. Makan di resrofastfood misalnya, kini bukan sekedar kebutuhan memenuhi perut. Tetapi ada unsur penunjukan’identitas’diri atau kelas sosial di dalamnya, dan unsur (nilai) inilah yang kemudian menjadi komoditas.
Dibandingkan dengan makan di warung, makan di restofast food alaAmerika mungkin terasa lebih bergengsi. Meski secara kualitas, makanan yang disajikan hampir sama, bahkan di warung kita akan dikenakan hargayanglebih rendah. Berhenti pada titik ini, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam keseharian kita senantiasa dijubeli dengan beragam image atau citra yang diproduksi melalui iklan media massa. Diamonds Arkansas . Setiap hari, mulai dari bangun tidur kita senantiasa dicekoki iklan produk-produk yang disuguhkan televisi, koran, majalah atau bahkan melalui papan-papan iklan di sepanjang jalan menuju tempat kerja/sekolah.
Dalam konteks budaya massa, merek adalah komoditas yang diproduksi terus menerus melalui media massa. Ketrka citra telah sampai kepada konsumen, produk mempunyai’ nilatlebih’ untuk dijual. Selanjutnya, kita bisa melihat apayang disebut dengan “korban iklan”, yaitu ketika pembelian dilakukan bukan semata-mata karena kebutuhan atas realitas (subtansi) fisik suatu produk melainkan karena citra produk dan dorongan lain yang muncul akibat iklan. Dalam bahasa awam masyarakat kita sering menyebut “membeli merek, bukan membeli produk”.
Ada pertanyaan yang layak menjadi renungan atas fenomena tersebut. Pertama, tidak salah jika kita bertanya pada diri sendiri, benarkah belanja kita murni karena kebutuhan kita? Jangan-jangan kita ingin belanja karena keinginan memiliki tapi sebenarnya tidak butuh, atau membeli karena kebanyakan orang membelinya. Denver IKEA . Atau jangan-jangan kita tertipu oleh daya tarik iklan.
Kedua, bagaimana menurut kita jika ongkos untuk konsumsi tersebut kita gunakan untuk menambah investasi atau minimal menabung jika ternyata barang yang ingin kita beli tersebut tidak benar-benar kita butuhkan? Andalah yang berhak menjawabnya. (CG)
•  0 Comments
•  Filed under: Cerita Bisnis, Kisah Wirausaha, Majalah Entrepreneur
Ketika Belania Tidak Sekadar Belanja (1)
Author: yukbisnis
Aug 11
Saya sempat jalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan di Semarang. Wuih.. Padat dan penuh sesak. Perpersis,bahkan lebih ramai ketimbang orang mudik di terminal atau stasiun.Melihat berjubelnya pengunjung, terbesit pernyataan yang mungkin juga anda pikirkan, ngapain saja mereka?Memilih barang untuk di beli memborong barang untuk memenuhi keranjang belanjaan atau bahkan sekadar jalan-jalan?Ada apa di balik ramainya pusat-pusat perbelanjaan ini? Atau barangkali tenomena ini erat dengan konsumerisme? Tetapi pada masa menjelang lebaran atau natal, bisakah fenomena padatnya pusat-pusat perbelanjaan dikatakan sebagai cermin ‘buda1′a konsumtif masyarakat kita?
Fenomena ramainya pusat perbelanjaan menjelang hari raya mengindikasikan dua hal. sports shirts for men . Pertama, kebiasaan dan budaya yang berkembang di masyarakat kita menjelang lebaran dan atau natal memang mendukung situasi ramainya tempat-tempat perbelanjaan. Mulai dari kebutuhan dapur hingga kebutuhan pakaian, semua ‘biasanya baru’ dihart raya tersebut. Karenanya, masyarakat akan memadati pusat perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi ini melihat maraknya pusat perbelanjaan menjelang hari raya sebagai fenomena rutin di mana belanja adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan kepemilikan semata.
Kedua, fenomena padatnya pusat-pusat perbelaniaan tidak hanya terjadi menjelang lebaran dan natal. Bisa jadi, fenomena padatnya pusat perbelanjaan menjelang hari raya ini hanyalah sepotong cerita dari episode panjang bernama konsumerisme. Asumsi kedua melihat belanja bukan semata-mata belanja, tetapi belanja sebagai lifes4tle atau gaya hidup, di mana di dalamnya terdapat unsur ekspresi’posisi’ dan’identitas’ sosial seseorang.
Kiranya kita memang sedang memasuki era konsumerisme, seperti yang dikatakan Gardner dan Sheppard yang menyebut bahwa shopping mall -dalam konteks konsumerisme di Barat adalah sebagai satu bentuk “gereja baru”- sebuah panggung realitas semu yang didalamnya kesemuan lebih menyenangkan daripada kenyataan. Pendapat ini mendukung asumsi kedua, yaitu bahwa belanja telah menjadi ‘bukan sekedar belanja’ Lagi. Dalam praktik keseharian, kita bisa melihat ramainya pengtnjungmall, restoran fast food, swalayan dan tempat sejenis lainnya, setiap awal bulan ketika datang musim ‘gajian’atau ‘tanggal muda.
Kondisi demikian yang sebenarnya,bagi saya lebih dekat dengan istilah’budaya konsumtif masyarakat kita. Dari dua asumsi di atas kita bisa melihat bagaimana sebenarnya realitas masyarakat kita. tumescent liposuction los angeles . (CG)

Aug 11
Setiap orang pasti memiliki impian dalam hidupnya. landscaping services . Namun tidak banyak orang tahu bagaimana cara meraih impiannya itu. Padahal dengan impian. seseorang akan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu. Salah satu impian itu adalah memiliki kehidupan yang layak, baik secara moril maupun materiil. Berbisnis merupakan salah satu hal yang diimpikanmanusia dalam hidupnya. IKEA Orlando . Sama halnya ketika seseorang memiliki keinginan  untuk menggeluti dunia bisnis. ” Banyak cara untuk dapat mewujudkan sebuah bisnis.
Tapi terkadang tidak mudah bagi seseorang, terlebih lagi bagi seorang pemula untuk melakukannya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. backlinks . Bahkan tidak jarang dari mereka cenderung kebingungan ketika memutuskan langkah mana yang akan dipilih. Salah satu solusinya adalah mencari tahu melalui buku-buku mengenai Menumbuhkan, bisnis ataupun kewirausahaan Dalam bukunya yang berfudul The Startup Garden ini, Tom Ehrenfeld mencoba memberikan solusi bagaimana cara memulai bisnis yang sesuai dengan impian, harapan, dan aspirasi Anda.
Dengan kata lain, Anda akan menemukan jawaban bagaimana langkah-langkah yang seharusnya ditempuh untuk menumbuhkan sebuah bisnis. Setiap bab dalam buku ini akan mengindentifikasikan keterampilan tertentu. Pertama, Anda akan dapat mengidentifikasikan kemampuan apa yang Anda miliki, apa yang Anda sukai, dan peluang apa yang terbuka bagi Anda. Kemudian Anda belajar menyesuaikan kualifikasi ini dengan kebutuhan orang lain.
Dari sinilah Anda mengembangkan ide untuk membangun perusahaan yang Anda inginkan. Dengan berbekal kemampuan mengelola keuangan, Anda dapat belaiar secara mandiri untuk mengelola orang lain dan menerapkan sistem manajerial. Kunci utama dari kelangsungan sebuah perusahaan berada di tangan pendiri serta pengelolanya, baik yang berupa perseorangan maupun sebuah tim. Ketika seorang pendiri usaha memahami karakter, kemampuan dan sumber daya yang ia miliki, maka impian untuh memiliki sebuah bisnis akan dapat diraih.
mengenal dan memahami benar siapa diri Anda, Anda pun akan dapat menentukan jalan terbaik bagi perusahaan. Sebuah bisnis baru akan berjalan dengan lancar jika bisnis yang dijalankan tersebut sesuai dengan keinginan, impian, dan harapan Anda. Jadi wujudkanlah impian Anda melalui bisnis yangAnda sukai. Banyak sekali buku yang mengupas mengenai bisnis, namun tidak semuanya dapat dengan mudah diaplikasikan. Kali ini Tom Ehrenfeld memberikan alternatif bacaan baru bagi orang yang tertarik untuk membangun bisnis.
Buku ini tidak hanya berisi nasihat-nasihat, tetapi juga berikan inspirasi melalui penggalan-penggalan kisah nyata dari para pengusaha sukses. Tentu saja hal ini baih karena buku ini tidak hanya memberikan nasihat tetapi iuga memberikan banyak inspirasi. Setiap buku akan memberikan kebaikan, begitu puia dengan membacanya. Namun akan jauh lebih baik, jika Anda tidak hanya membaca buku itu, tetapi langsung mempraktekannya. Jadi jika Anda memang tertarik dengan dunia bisnis mulailah sejak saat ini juga. Dan janganlah berhenti bermimpi, karena dengan mimpi itulah Anda akan terus termotivasi untuk dapat mewujudkan impian Anda. (CG)
Mendiagnosa “Penyakit” Usaha dan “Obat Penawarnya” (1)
Author: yukbisnis
Aug 7
Ketika bisnis sudah berjalan, apa yang sudah digagas, direncanakan dan bahkan dijalankan bisa jadi tak semuanya berjalan mulus, Dipastikan banyak masalah yang timbul di tengah perjalanan. usaha, mulai dari hal-hal kecil sampai besar. IKEA San Diego . Belajar dari pengalaman pebisnis lain dan mendengarkan nasihat dari pakarnya, bisa menjadi salah cara melanggengkan usaha.
Seorang ibu yang sudah lebih dari dua tahun menjalankan usaha toko kelontong dan mempunyai omzet puluhan juta rupiah, mengaku sulit memisahkan keuangan tokonya dengan keperluan keluarganya. Da kemudian menanyakan kepada pakar (konsultan bisnis), bagaimana seharusnya dia memisahkan kedua keuangan tadi.
Ada lagi cerita seorang pengusaha yang menjadi franchisee(terwaralaba). Di tengah perjalanan usahanya dia ingin menghentikan kerjasama waralaba tersebut karena ingin memakai merek sendiri. Dia pun berkonsultasi kepada sang pakar, bagaimana sebaiknya langkah yang harus ditempuh.
Begitulah, bisnis yang sudah terbangun dan dijalankan selama ini tidak selalu indah seperti yang dibayangkan. Tablet Computers . Terutamajika pebisnis baru saja memulai usaha. Dalam hitungan bulan, mungkin pebisnis pemula akan terheran-heran dan tidakmenerima dengan lapang dada kenyataan yang dihadapinya. Apalagi kalau dia sendiri tidak mengetahui karateristik bisnis yang dijalankannya. Kalau saja dia telah mengetahui karateristiknya, mungkin sang pengusaha itu akan tetap optimis menjalankan usahanya.
Ambil saja salah satu contoh bisnis yang paling sering atau umum dipilih oleh para pengusaha pemula, yaitu bisnis riitel atau perdagangan eceran. Kedengarannya simpel. Untuk berjualan, seseorang hanya perlu mempersiapkan tempat jualan dan produk, kemudian pembeli datang, usaha pun berjalan. Namun, prosesnya tidaklah segampang itu. Banyak tantangan yang akan ditemui pebisnis pada awal usaha. Cerita Ibu yang membuka toko kelontong tadi, jadi salah satu contohnya

Aug 7
Pertama kali membangun bisnis tak jarang pebisnis dipenuhi oleh perasaan tidak yakin dengan jalan yang akan dijalani. WordPress Hosting . Ketidakyakinan bahkan seringkali menyebabkan pasang surut keinginan dan upaya untuk mendirikan bisnis secara nyata.
Menurut data dari US Small Business Administration, lebih dari 50% bisnis atau usaha kecil gagal dalam tahun pertama, dan 95% gagal dalam lima tahun pertama. Content Management . Bagaimana dengan di sini (Indonesia)? Meski belum ada data pasti soal tersebut, bisa jadi angkanya sama dengan hasil studi US Small Business Administration tadi.
Brian Hazelgren, pengarang buku “Tactical Entrepreneur” berpendapat, bahwa seseorang yang membuka usaha haruslah mempunyai strategi yang solid untuk menangani aspek jangka pendek dari bisnisnya, tetapi juga menjaga fokus masa depan yang demi merencanakan perkembangan bisnisnya.
“Persiapkan semuanya dari awal, agar Anda dapat meraih suskes dan mempunyai landasan yang kuat untuk memulai operasi bisnis Anda,” papar Brian yang berpengalaman dalam bidang kewirausahaan ini.
Namun, kadangkala apa yang kita sudah siapkan ketika memulai bisnis, akan berbeda hasilnya ketika usaha sudah berjalan.Beberapa kasus usaha yang muncul dan sering menjadi pertanyaan mereka kepada para konsultan bisnis, menjadi contohnya (lihat di bagian lain liputan utama ini tentang anelat pertanyaan kasus usaha dan jawaban para pakar).(CG)
Berani mengambil risiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang akan dimabil. Sebuah risiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah yang membedakan seorang entrepreneur dengan manajer. Entrepreneur akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan dan manajer dibutuhkan dalam mengatur perusahaan yang telah maju.
Langkah penting lainnya adalah mencari nasihat dari pakamya ketika usaha yang dijalankan menghadapi masalah, tapi ikuti kata-kata kita sendiri. Entrepreneur selalu mencari nasihat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan indera keenamnya. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci suksesnya. Dan kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengambangkan usaha pada fase itu.
Selanjutnya adalah menumbuhkan ethos kerja keras. Dvd Reviews . Langkah ini sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard work and smart work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua kesuksesan butuh workaholics dilangkah awalnya. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya. Pada saat tidur pun otaknya bekerja dan berpikir akan bisnisnya.
Bertemanlah sebanyak banyaknya. High Risk Merchant Account . Pada harga dan kualitas yang sama, orang membeli dari temannya. Pada harga yang sedikit mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasihat, membantu dan menolong pada masa sulit.
Jika mengalami kegagalan, hadapi kegagalan itu. Movie Posters Framed . Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk memperkuat dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha. Setiap usaha selalu akan mempunyai risiko kegagalan dan bila itu, bersiaplah dan hadapilah! JikaAnda sudah siap memulai usaha, lal<ukantah sekarangjuga. Putuskao dan kerjakan sekarang, karena besok bukanlah milik kita.(CG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar