Jumat, 01 Juni 2012

MENGELOLA EMOSI SERTA KESABARAN

KIAT MENGELOLA EMOSI

Oleh Eko Jalu Santoso, Weblog: www.ekojalusantoso.com

2. Meningkatkan Kesabaran Hati

Memang terkadang tidak mudah untuk menahan amarah, apalagi kalau menemui
hal-hal yang pantas mengundang emosi amarah seseorang. Bagaimanapun dapat
dimengerti apabila seseorang mengalami kekesalan, kecemasan, sakit hati yang
dipicu oleh hal-hal yang mengundang emosi ini. Tetapi sangat tidak
dibenarkan mengekpresikan rasa marah dengan cara agresif dan merugikan orang
lain. Diperlukan kesabaran hati agar mampu mengontrol diri untuk tidak
melampiaskan emosi kemarahan membabi buta.

Melatih kesabaran diri mengendalikan emosi amarah terkadang membutuhkan pula
kesabaran waktu yang cukup panjang. Tidak cukup dengan satu atau dua kali
ujian. Diperlukan latihan yang terus menerus dan berkelanjutan. Meski
demikian bagi mereka yang memiliki kebijaksanaan hati, tidak akan mengeluh
karena panjangnya waktu yang harus dilalui. Dia juga tidak merasa bosan
karena cobaan yang datang tindih-bertindih. Kesabaran seperti itu pula yang
harus ada pada setiap orang yang ingin menjadi pemenang dalam kehidupan ini.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Melatih kesabaran hati sangat berhubungan erat dengan suasana hati
seseorang. Menurut Richard Wenzlaff, ahli psikologi dari University of
Texas, mengalihkan suasana hati agar menjadi positif dapat dilakukan dengan
melakukan selingan yang positif seperti menonton peristiwa olahraga yang
dinanti-nanti, film komedi atau dengan membaca buku-buku bacaan ringan.

Melatih kesabaran hati selain menyangkut dimensi emosional seseorang, juga
sangat berhubungan dengan dimensi spiritual seseorang. Manusia yang memiliki
orientasi pada nilai-nilai spiritualiasme yang bersumber dari hati nurani,
maka ketika terjadi rangsangan-rangsangan pada emosinya, emosinya akan tetap
tenang dan terkendali. Karena aspek mentalnya telah diperkuat oleh
nilai-nilai spiritualnya.. Suara hati "Illahiah" dalam dimensi spiritual
akan menjadi pembimbing untuk bereaksi normal terhadap rangsangan emosi yang
dating.

Melatih kesabaran hati terus menerus sangat penting dalam pengendalian
emosi. Kesabaran hati dalam pengertian mampu menerima keadaan, memahami
situasi dan dapat mengendalikan emosi dan amarah sehingga tidak sampai
bertingkah aneh dan melampuai batas. Kesabaran hati adalah akar dari rahasia
kebijaksanaan hidup. Kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai persoalan,
betapa pun beratnya dan tetap selalu menebarkan cinta dan kasih sayang.

3. Memaafkan Dan Membalas Dengan Kebaikan
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Dikisahkan bahwa Nabi Isa as pernah dihina, namun ia tetap senyum, tenang,
dan mantap, tidak sedikitpun ia menjawab atau membalas dengan kata-kata
kotor mengiris tajam seperti yang diucapkan si penghinanya. Ketika ditanya
oleh sahabat-sahabatnya, "Ya Rabi (Guru), kenapa engkau tidak menjawab
dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina, malah Baginda menjawab
dengan kebaikan ?" Nabi Isa as, menjawab : "Karena setiap orang akan
menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang
kita nafkahkan adalah keburukan, kalau yang kita miliki kemuliaan, maka yang
kita nafkahkan juga kata-kata yang mulia."

Percayalah, makin mudah kita tersinggung, apalagi hanya dengan hal-hal yang
kecil, akan makin sengsara hidup ini dikuasai oleh emosi amarah. Padahal,
sebenarnya kita dapat menjadikan orang-orang yang menyakiti kita sebagai
ladang amal. Maka berusahalah membalas kebenciaan seseorang dengan
memaafkannya dan membalasnya dengan kebaikan. Membalas emosi kemarahan yang
datang dengan memaafkan.

Kalau ada kebenciaan yang datang, ada yang menghina, ada yang menyakiti
kita, sebaiknya kita bisa memaafkannya, tidak membalas dengan emosi, tetpai
membalas dengan kebaikan. Mungkin hal ini muah disampaikan tetapi sulit
dilakukan. Namun kalau mau berusaha mendengarkan suara hati terdalam, pasti
akan diberikan bimbingan untuk memaafkan, membalas dengan kebaikan.

Kalau ada seseorang yang memancing kemarahan, seandainya dia masih muda,
anggap saja mungkin dia belum tahu bagaimana bersikap kepada yang tua, kalau
dia sudah tua anggap saja sedang khilaf, sehingga kita tidak perlu ikut
emosi dan dapat memaafkannya. Yang penting jangan tersinggung, lebih baik
membalasnya dengan kebaikan. Yang pasti makin kita mudah memaafkan, makin
kita berhati lapang, makin bisa memahami orang lain, maka akan makin aman
dan tenteramlah hidup kita ini.

4. Berdamai Dengan Diri Sendiri
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Berdamai dengan diri sendiri adalah cara bijaksana dalam mengendalikan emosi
amarah. Setiap orang yang mencintai dirinya sendiri, pada akhirnya akan
memaafkan kesalahan dan kekurangan diri sendiri. Itulah yang saya maksudkan
dengan berdamai dengan diri sendiri. Mampu mencintai diri sendiri dan
memenuhi hati dengan cinta dan kasih sayang.

Berdamai dengan diri sendiri artinya memahami setiap keadaan yang datang,
tidak menyalahkan orang lain, dapat menerima sesuatu yang menimpa diri kita
dengan lapang. Hidup tidak jarang dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang
membuat emosi tergerak seperti frustrasi, depresi, rasa sakit hati,
bersedih, bahagia dan hal-hal yang tidak dapat diramalkan. Kalau kita mampu
berdamai dengan keadaan, berdamai dengan diri sendiri, maka hati akan
menjadi lebih lapang. Memiliki hati yang lapang menjadikan kesabaran dan
kemampuan mengendalikan emosi kemarahan.

Mungkin kita tidak dapat mengontrol setiap kejadian yang datang, tetapi kita
dapat mengontrol bagaimana kejadian-kejadian tersebut dapat mempengaruhi
kita. Menyuburkan benih-benih cinta, berbagi cinta dengan sesama,
meningkatkan kesabaran dalam hati, mudah memaafkan, membalas dengan kebaikan
dan mampu berdamai dengan diri sendiri merupakan sarana mengendalikan emosi.
Emosi yang terkendali menjauhkan diri dari tindakan agresif yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.

Inilah aspek-aspek penting yang ada dalam diri manusia, yang menjadikan
mereka mampu menumbuhkan energi spiritual dalam menghadapi kehidupan. Mereka
mampu mempengaruhi orang lain, dan akhirnya membuat orang lain menghargai
kepribadian mereka. Karakter perilaku seperti inilah kalau terus dilakukan
menjadi kebiasaan dapat melahirkan perilaku yang bijaksana. Perilaku yang
meninggikan kemuliaan hidup kita dihadapan orang lain dan dihadapan Tuhan,
serta menjadikan kehidupan penuh potensi dan keagungan.

Sumber: Emosi & Inti Rahasia Kebijkasanaan Oleh Eko Jalu Santoso, Penulis
Buku "The Art of Life Revolution", Penerbit Elex Media Komputindo, Founder
Motivasi Nurani Indonesia.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar